weltitama.id- Dalam pekerjaan konstruksi, khususnya dalam tahapan penggalian, keberadaan air tanah yang timbul akibat proses penggalian merupakan kendala yang menghambat pekerjaan proyek. Oleh karena itu perlu dilakukan dewatering atau penurunan permukaan air tanah sebelum atau bersamaan ketika pekerjaan penggalian dilakukan.
Apa itu Dewatering
Dewatering adalah proses penurunan muka air tanah pada suatu wilayah tertentu dengan cara pemompaan melalui sebuah sumur ataupun saluran. Pompa yang digunakan disebut pompa submersible (submersible pump) yang nantinya disalurkan ke sumur-sumur dewatering (dewatering well atau well point) atau saluran-saluran (sump) untuk memompa debit air.
Adapun tujuan pengerjaan dewatering adalah:
• Menjaga area galian tetap kering selama proses konstruksi atau sesudah selesai pelaksanaan proyek.
• Menjaga kestabilan lereng galian.
• Mengatasi gaya up lift dari tekanan air selama masa konstruksi.
Pekerjaan dewatering harus mendapat perhatian khusus karena dapat menimbulkan beberapa risiko yang besar terhadap lingkungan di sekitarnya. Berikut di bawah ini dampak yang mungkin saja dapat timbul apabila dilakukannya dewatering di wilayah padat penduduk:
1.) Menyebabkan penurunan muka air tanah.
2.) Meningkatkan tegangan efektif pada tanah sehingga mempengaruhi kuat geser dan penambahan volume atau penurunan tanah.
3.) Menyebabkan terjadinya settlement (penurunan elevasi tanah dasar) pada tanah di sekitarnya.
4.) Jika poin ketiga tersebut terjadi, maka bangunan di sekitar lokasi mengalami penurunan dan menyebabkan struktur bangunan retak.
Metode Pelaksanaan Dewatering Secara Umum
Pembangunan basement yang berlantai-lantai tentunya memerlukan proses penggalian tanah yang tidak jarang harus dilakukan hingga belasan meter di bawah permukaan air tanah. Keberadaan air tanah yang timbul akibat proses penggalian ini jelas mempengaruhi perencanaan dan teknik pelaksanaan struktur basement tersebut.
Kontraktor yang tidak tahu atau abai akan keadaan dan perilaku air tanah ini dapat berpengaruh besar terhadap kelancaran proyek. Tidak jarang aspek ini akan malah memperburuk pekerjaan kontraktor, mulai dari tertundanya pelaksanaan proyek atau bahkan proyek harus didesain ulang.
Adapun metode pelaksanaan dewatering secara umum adalah sebagai berikut :
1.) Menentukan titik lokasi dewatering. Tim surveyor akan menentukan titik dewatering yang berada dalam areal galian agar letak sumur dewatering tidak berada pada posisi pondasi atau pile caps.
2.) Apabila kontraktor menemukan adanya genangan air tanah akibat porositas tanah, maka di dalam pelaksanaannya digunakan sistem dewatering dengan pit (lubang) pada beberapa lokasi dengan dibuatkannya parit-parit. Air genangan tersebut dialirkan ke parit-parit sehingga berfungsi sebagai subdrain.
3.) Selanjutnya kontraktor membuat sumur dewatering.
4.) Konsultan perencana bersama dengan kontraktor bekerjasama untuk menentukan tempat pompa sum pit atau pompa permukaan yang akan dibuat dengan menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
5.) Tim pelaksana menghitung perbandingan berat bangunan terhadap gaya up lift air tanah.
Jenis Metode Dewatering
Terdapat tiga jenis metode dewatering yang umumnya digunakan oleh konsultan perencana dan kontraktor dalam menurunkan muka air tanah pada suatu area galian.
Ketiga metode tersebut adalah predrainage method, open pumping method, dan cut off dewatering method. Masing-masing metode tersebut akan dipilih oleh konsultan perencana berdasarkan kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. Berikut ini penjelasan lebih dalam tentang metode-metode dewatering yang ada tersebut :
1.) Predrainage Method
Predrainage method ini dilakukan dengan menurunkan muka air tanah sebelum penggalian dilakukan yaitu dengan memompa debit air melalui sumur-sumur dewatering.
Syarat-syarat agar dapat dilakukan metode predrainage ini adalah :
• Tanah memiliki karakteristik berbutir seragam, relatif lepas, dan cadas (batu lunak) dengan banyak celah.
• Debit air yang cukup besar sehingga mudah untuk dilakukan pemompaan.
• Lebih diutamakan tidak di daerah padat penduduk, dikarenakan penggunaan metode ini dapat menggangu atau merugikan bangunan di sekitarnya.
• Tersedianya saluran drainase untuk membuang hasil air dewatering. Saluran tersebut harus dapat menampung debit air per menitnya. Apaila tidak ada saluran drainase yang memadai, maka untuk mengatasi dengan membuat sumur-sumur resapan sehingga air buangan tersebut dimasukkan kembali ke dalam tanah.
2.) Open Pumping Method
Pertama kali pelaksanaan metode dewatering open pumping ini adalah membuat saluran (sump pit) di sekitar daerah galian yang memiliki permukaan air tanah yang lebih rendah.
Tujuan pembuatan saluran sumpit adalah untuk mengumpulkan air permukaan dari rembesan air tanah maupun air hujan. Metode ini dilakukan bersamaan dengan proses penggalian area yang akan digali.
Syarat untuk dapat dilakukannya dewatering dengan metode open pumping ini adalah :
• Tanah bersifat padat, bergradasi baik dan berkohesi.
• Jumlah debit air yang dipompa tidak besar.
• Tersedia lokasi untuk dibuat sumur/selokan penampung sehingga air yang dipompa dapat dialirkan ke selokan penampung.
• Galian yang dikerjakan tidak dalam.
3.) Cut Off Method
Pada pelaksanaan metode dewatering cut off ini kontraktor akan melakukan pemotongan aliran air tanah. Ada beberapa metode pemotongan seperti steel sheet pile, concrete diaphragm wall, secant pile wall construction, slurry wall trenches.
Pelaksanaan metode cut off ini cocok untuk daerah yang:
• Karakteristik tanahnya berupa tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan banyak celah.
• Bangunan gedung sebelah sensitif terhadap penurunan muka air tanah.
• Lokasinya tidak tersedia saluran pembuangan.